Upaya kecil meniru kreatifitas Tuhan

Banyak cerita yang terngiang-ngiang di benakku. Beberapa dengan siginifikan membuatku berpikir bahwa penulis-penulis itu dengan sengaja mengkritik bagaimana hidupku berlangsung. Aku ingat bagaimana "Inside Out" (Salah satu film animasi Pixar) mempersonifikasikan jalan pikiran manusia. Pikiran adalah dunia yang sistematis, organisasi yang berjalan seperti sebauh industri besar. Memori diceritakan sebagai prodak industri berupa bola-bola kaca yang samar-samar menggambarkan secuplik kejadian emosional. Bola-bola paling penting disimpan dalam rak-rak utama di ruang kontrol untuk bisa diakses dengan mudah. Sementara mayoritas bola adalah arsip-arsip yang berjumlah luar biasa banyaknya disusun pada rak-rak terlupakan, perpustakaan besar alam bawah sadar. Dari mayoritas bola-bola itu, sebagian yang paling tidak penting akan menjadi bola yang kosong sama sekali dan di buang ke semacam tempat sampah memori.

Aku tidak bermaksud mengulas film itu. Tetapi konsep comical tentang cara otak manusia bekerja menjelaskan bagaimana kini aku berhasil kembali mengigat dengat jelas (seperti melihat tembok tinggi yang berwarna mencolok) jalan hidup Osman dalam kisah "Yeni Hayat", bahasa turki untuk "The New Life". Aku habis membacanya nyaris lima tahun lalu, dan kehidupan baruku membuat cerita dalam buku itu terngiang-ngiang kembali. 

Novel itu adalah tulisan Orhan Pamuk yang pertama kali aku selesaikan. Ia kubaca dua kali lantaran saat itu cerita yang ada di dalamnnya berhasil membuatku mengesampingkan rasa tertekan akibat perkuliahan yang kurasa semakin berat. Osman yang menjadi tokoh "Aku" dalam buku itu adalah mahasiswa teknik sipil yang kehidupannya nyaris berantakan. Di satu segi cerita, perjalanan yang ia lalui di seantero Turki mengarahkan cerita pada kesimpulan bahwa kehidupan manusia adalah sebuah bangunan yang konstruksinya berlangsung tanpa henti. Proses itu bisa tersendat tiba-tiba, melesat cepat, terhenti sama sekali dalam jangka waktu sebentar hingga sangat lama, atau mengalami kerusakan dalam berbagai tingkatan sehingga person yang menderita hal itu mesti berbenah di sana-sini. Kadang kala goncangan besar yang menerpa disusul oleh satu pencerahan yang membuat bangunan itu tidak sama lagi. Atau keruntuhan terjadi secara masif dan bangunan tinggal puing-puing. Dalam kasus Osman, kurasa bangunan adalah apa yang seperti telah ada sebelumnya, hanya saja terjadi banyak rombakan di bagian dalam seolah seseorang dengan sengaja menukar semua furnitur dalam bangunan itu. 

Aku menyadari kebanyakan novel  adalah bentuk dramatisasi atau romantisasi dari kehidupan yang apa adanya. Tetapi semuanya adalah upaya pikiran manusia untuk meniru-niru kreatifitas Tuhan. Bagaimana Tuhan mengatur jalan hidup seseorang adalah misteri terbesar, tetapi barangkali perjalanan manusia boleh digambarkan seperti ini:

Manusia bergerak dalam satu arah tertentu dalam hidupnya, menemukan banyak hal, sebut saja "furniture" atau apapun, dan semakin lama potongan-potongan kecil menutup celah-celah seperti permainan Puzzle. Aku yang pada saat ini sedang berkutat dengan kehidupan baru yang sepi sebagai pekerja, merasa bahwa masa-masa sekolah adalah bagian terbaik dalam hidupku lantaran pada batas itulah jumlah "furniture" yang telah masuk dalam bangunan yang aku buat. Aku nyaris berusia 25 tahun, kini telah sama sekali lupa apa yang pernah dan telah aku pikirkan 10, 7 atau bahkan 3 tahun lalu. Kesimpulan-kesimpulan apa yang telah aku buat pada masa lampau adalah apa yang dijelaskan "Inside Out" sebagai bola-bola dalam ribuan rak-rak terlupakan. Di situ semua emosi, cinta, kebencian, atau apapun itu yang terkandung dalam bola-bola, mengendap tanpa bisa aku akses begitu saja. Jika semua furniture yang telah masuk dalam bangunan ini aku bagi menjadi satu kelompok hal yang indah-indah dan satu kelompok benda-benda yang jelek, itu semua semata-mata adalah apa yang aku kumpulkan dalam 24 tahun hidupku. 

Dalam "The new life", pada satu titik hidupnya Osman mendapati dirinya seolah berada pada pesawat yang mesti membung semua muatan, kemudian mengganti dengan muatan baru, akan tetapi pada akhirnya tetap membuat pesawat terlalu berat dan jatuh. Di bagian ini aku boleh merasa ngeri tentang bagaimana hidup bisa berjalan.

di satu segi, memikirkan kisah dalam Novel itu membuatku merasa bahwa kehidupan akan menyediakan banyak hal yang pada gilirannya akan membuatku lupa siapa diriku pada eksistensi puncaknya kini. Kehidupan sepi, perasaan rawan, atau kekhawatiran memikirkan masa yang akan datang, nantinya akan menjadi furnitur tua yang bergeser di satu sudut.