unresolved


Banyak orang yang bisa jadi sumber motivasi. Kalau dalam logika saya, motivasi dalam diri sendiri itu ibarat belut yang begitu nyaman bercokol di lubang penuh lumpur. Licin dan susah di buat keluar, apalagi kalau belut itu udah bener-bener nyaman dengan lubangnya sehingga dia berfikir, 'ngapain saya keluar kalau disini udah enak dan stok makanan cukup?'. Ketika saya begitu ingin menggoreng belut itu buat sarapan, satu-satunya cara adalah mancing belut itu keluar.
Dan pancingannya itu adalah orang lain.
Mungkin karena kata-katanya, perbuatannya yang begitu ingin sekali saya tiru, atau karena orang itu luar biasa saya cintai. Soal bagaimana munculnya motvasi gak perlu saya ungkit-ungkit. Lagi pula setiap orang punya cara sendiri buat memunculkan motivasi itu. Atau gimana caranya setiap orang membuat situasi sehingga motivasi itu muncul secara gak sengaja. Dan dalam hal ini jelas saya gak sama dengan orang lain (dalam membuat situasi yang memunculkan motivasi).

Aneh, saya gak pernah bisa mengerti kenapa saya begitu cepat kehilangan motivasi sampai nyaris nol, begitu cepat seperti ketika motivasi itu datang dan semangat saya terpompa kedalam diri saya sampe overload. Lihatlah buku-buku itu tergeletak begitu aja disudut kamar sampai berdebu, saya lap debunya pun malesnya bukan main. Obsesi untuk makan berbagai bacaan sampai kepala ini rasanya penuh dengan kalimat-kalimat rasanya udah saya khianati. Mereka jadi kesepian sekarang cuma ditemenin debu-debu. Atau, kenapa tiba-tiba saya begitu betah tidur dikelas padahal malemnya udah saya ikuti kata-kata dokter oz, tidur 8 jam biar sehat. Atau, kenapa juga mekanika melesinnya minta ampun? juga ada apa dengan gambar teknik sehingga bawaannya lapar terus? parah bener. Dan kenapa saya jadi beser kalau udah duduk dikelas ngedengerin dosen? kenapa saya bertanya-tanya kenapa saya jadi beser?
Hal-hal semacam yang saya sebutin tadi cuma muncul karena satu hal. Karena gak ada motivasi. Kalau yang beser pengecualian.

Lagi-lagi saya butuh penjelasan
Dan kayanya malam ini saya rasa ada penjelasan buat itu, penjelasan yang tiba-tiba muncul dari logika amatir saya, entah karena jangkrik gak bersuara (mungkin kedinginan), atau mungkin gak ada jadwal bola jadinya tetangga sebelah gak teriak-teriak sinting.

jadi, sudah berbulan-bulan ini saya gak berambisi untuk  apapun. Gak ada tempelan-tempelan 'target yang ingin dicapai dan harus kamu capai bagaimanapun caranya kalau engga kamu akan kacau', pun tulisan-tulisan motivasi yang, tahulah, sedikitnya bisa mengingatkan ketika keinginan buat tidur dua kali lipat lebih lama dari biasanya mengebu. Aneh, aneh banget. Ambisi saya untuk sesuatu bisa-bisanya sampai merosot tajam. Keinginan emang kadang-kadang muncul, seperti,  hari ini saya pengen itu atau saya harus bisa dapet itu. Tapi besoknya, saya gak ingin itu, saya gak ingin apa-apa. Seolah ada yang teriak 'betapa sia-sianya ambisi manusia' dan saya turuti kata-katanya begitu aja.

Saya suatu hari pernah menulis, suatu masalah terjawab, maka muncul pertanyaan lain. logika amatir saya sejujurnya sudah gak kuat memikirkan hal ini terlalu dalam. Mencari sebuah jawaban yang mungkin aja bakal muncul dari hal-hal sepele yang sering luput dari perhatian
Atau, mungkin ini cuma sejenis keanehan psikologis pada manusia yang pasti muncul dan akan hilang pada waktunya. Atau apalah saya pun gak mengerti.

Dan, begitulah, pagi pun udah mau datang lagi, kenapa kasur kelihatannya nyaman sekali? lagi-lagi ini cuma tulisan yang gak menghasilkan solusi apa-apa.