Chekov

Lama aku tidak menulis jurnal. Rasanya tanganku menjadi tumpul dan kalimat-kalimat yang berhasil aku buat membuatku berpikir barangkali mereka sebaiknya tidak pernah aku tulis. Aku memaksakan diriku untuk tetap membuat tulisan-tulisan kecil meski hasilnya hanya beberapa paragraf saja dalam jangka waktu sangat lama minatku pada menulis sastra nyaris habis.  Karena tidak pernah sungguh-sungguh memahami apa sebetulnya yang mendorongku untuk menulis, aku tidak merasa heran saat minatku pada hal tersebut merosot begitu rendah.

Barangkali hal ini terjadi sejak aku mulai membenci kehidupanku dua atau tiga tahun lalu yang berpusat pada kegiatan mendalami karya sastra secara berlebihan tetapi serampangan dan tanpa arah.  Aku ingat bagaimana buku-buku aku pilih. Sebagian besar yang aku ambil harus mempunyai ciri khas seperti tulisan Dostoyefsky atau Chekov.  Aku tidak tahan dengan buku yang tokoh di dalamnya hidup bahagia, berkepribadian optimis dan penuh semangat, pahlawan bagi orang-orang. Tetapi aku mampu menghabiskan paling tidak dua kali mengulang karya-karya Orhan Pamuk, Haruki Murakami, atau Yukio Mishima.

Melihat kembali banyak hal dalam tiga atau empat tahun ke belakang membuatku diliputi semacam perasaan kebas yang akan muncul ketika aku berlama-lama menatap ke dalam sumur. Aku pernah melakukannya sekali dan melihat pantulan wajahku yang kecil di air rasanya seperti melihat wajah orang yang tidak benyawa.

Kurasa tiga tahun lalu, atau lebih, aku mulai keranjingan dengan karya Chekov. Banyak kalimat-kalimat yang aku buat adalah bangunan yang kebanykan bagiannya merupakan gabungan diksi-diksi yang aku ekstrak dari berbagai buah pikiran Chekov. Begitu menjelajah lebih jauh dalam alam pikiran kesusastraan rusia, kudapati sumbangsih banyak penulis mengisi bagian-bagian yang teramat halus dalam tulisanku. Tetapi apa yang berhasil aku buat tidak lebih dari serentetan cerita yang menurut banyak orang begitu kering seperti seember pasir.

Aku terkadang menganggap betapa konyolnya satu cerita pendek yang telah aku selesaikan. Setelah beberapa kali membacanya aku merasa malu kalau-kalau Chekov sendiri yang membacanya. Banyak tulisan yang kubiarkan mengendap tanpa aku teruskan. Menciptakan satu atau dua cerita kini menjadi hal paling sulit bagiku. Satu-satunya hal baik tersisa adalah menyimpan ide-ide di secarik kertas agar tidak hilang dari pikiranku. Aku tinggal membuka catatan itu kalau-kalau merasa perlu menulis lagi.