beberapa hal penting di akhir pekan ini

-- Ditulis November 2014, sebetulnya, sama seperti kebanyakan tulisan lain, kurang layak disimpan disini, tadi tidak mengapa --

Di akhir pekan ini, ada beberapa hal penting yang begitu ingin saya abadikan. Persitiwa penting yang tampak sepele itu membuat saya merasa beruntung telah menahan diri untuk tidak pulang ke kampung halaman.

Yang pertama, saya baru saja menonton sebuah film sci-fi terbaru yang ternyata membuat saya terkesima sampai-sampai saya tidak sadar tahu-tahu sudah jam setengah dua belas malam ketika film itu selesai diputar. Parkiran gedung pusat perbelanjaan di daerah Pasteur itu sungguh gelap. Hanya lampu-lampu berwarna kuning yang menyala enggan. Saya pikir hanya ada saya seorang di parkiran itu, tetapi beberapa orang yang sama-sama hendak mengambil motornya dengan tergesa-gesa membuat saya sedikit lega. Di atas motor, selama beberapa saat, sambil berusaha mengancingkan suiter tebal, saya menatap kaca spion, dan, tahu-tahu saya tersenyum sendiri karena tiba-tiba saya jadi teringat persolana passion.

Passion, keinginanan, atau kegemaran, merupakan hal yang selama ini saya pusingkan setiap saat. Selama tiga tahun belakangan saya terus-menerus bertanya apa sebetulnya passion yang benar-benar sesuai dan ingin saya jalani. Menjadi insinyur sipil jelas-jelas adalah jalan yang dengan bulat ingin saya tempuh. Walaupun ditengah jalan, akhirnya saya menyadari kalau keputusan itu hanya akan menjadikan saya insinyur sipil kepalang tanggung. Saya tidak bisa bohong kalau ternyata belakangan ini saya selalu dilanda perasaan penyesalan yang memang sejak dulu sering muncul tiba-tiba, yaitu kesadaran membingungkan bahwa barangkali saya kurang tepat memilih bidang keilmuan ini, serta prasangka buruk pada takdir Tuhan yang hanya menyediakan ‘sedikit’ buat saya, hingga saya lupa bahwa bagaimanapun, Allah SWT lebih tahu apa yang saya butuhkan ketimbang diri saya sendiri : Ia tidak pernah keliru menentukan jalan. Dan saya tidak lebih dari hambanya yang tidak tahu diri karena selalu meminta banyak tanpa berusaha mamantaskan diri.

Dari sekelumit pikiran yang menurut saya berat itu, akhirnya saya menemukan semacam pencerahan aneh yang muncul di tengah-tengah sepinya parkiran gedung BTC yang sudah dua jam ditinggal semua pengunjungnya (kecuali pengunjung bioskop yang masih akan berdatangan sampai kira-kira jam dua nanti). Saya akhirnya menyadari kalau saya sangat sangat tertarik melakukan dua hal dengan suka rela. Dua hal tersebut adalah film dan sastra. Kesadaran saya akan kecintaan pada dua hal itu lah yang membuat saya tersenyum di kaca spion. Saya merasa seolah badut yang baru saja selesai melawak dengan sukses.

Lalu, bicara tentang sipil engineering yang saat ini merupakan bidang ilmu yang secara formal saya pelajari, anggapan selama ini ternyata tidaklah sesuai seperti yang saya kira. Dari situlah hal penting yang ketiga muncul. Ternyata, dengan sedikit perasaan tinggi hati (semoga tidak melampaui batas), saya pun sadar kalau selama tiga tahun ini, saya telah cukup baik menjalani bidang keilmuan ini. Atau paling tidak saya bisa sombong dan membusungkan dada di hadapa ego saya sendiri, bahwa ternyata saya tidak buruk dalam bidang ini, bidang yang selama ini selalu berusaha ditolak oleh ego yang bebal dan sangat keras kepala itu. Saya membayangkan mobil keluaran tahun 70-an yang kondisinya masih baru. Walaupun ketinggalan jaman, tapi bisa saya bawa ngebut. Kurang lebih begitulah. Sebagai bonusnya, setelah berhasil ngebut dengan mobil itu, beberapa hal penting bisa saya capai. Salah satunya adalah desain bangunan yang suatu hari saya buat ternyata saat ini sudah 80% selesai direalisasikan, bahkan sudah bisa dimanfaatkan. Saya memikirka perkataan seorang teman pada suatu hari yang ternyata ada benarnya juga. ‘kalau kehidupan cuma memberi kentang saja, cobalah buat baterai dari kentang-kentang itu.’

Waktu itu hampir tengah malam, dan saya mengebut di jalan Pasteur yang sepi seperti anggota gank bermotor yang sedang marak di Bandung, tapi ini tidak begitu penting.