menjadi biasa-biasa saja itu tidak buruk

Menjadi orang biasa saja itu tidak buruk. Maksudnya memutuskan untuk menetap di bumi sebagai orang biasa-biasa saja itu baik. Ah, memang kelihatannya terlalu berbelit-belit. Tapi lebih mudah mengatakannya di sini dari pada di kehidupan 'nyata'.

Jadi setelah kesaharian dengan rutinitas baru yang berbeda menyeret saya dari kehidupan lama, pemahaman-pemahaman baru ikut bermunculan. Memang bukan kehidupan baru yang indah dan bisa membuat waktu terasa menyenangkan. Tapi itu sudah lebih cukup untuk memaksa saya agar bisa membuka diri dan melihat sesuatu dari sudut yang berbeda. Seperti dalam kalimat yang  pernah saya lihat di sebuah blog, Perhaps our eyes need to be washed by our tears once in a while, so that we can see life with a clearer view again
Tapi tentu saja bukan hanya air mata yang bisa 'mencuci mata' kita sehingga kita bisa melihat kehidupan dari banyak sudut pandang. Salah satu yang kini saya rasakan adalah meninggalkan kebiasaan lama yang membuat nyaman adalah bentuk dari 'mencuci mata'. Setelah kebiasaan itu tertinggal jauh di belakang dan berangsur-angsur mengecil, barulah saya bisa melihat keutuhan darinya. Ibarat melihat bumi dari luar angkasa.

Dari sekian banyak yang bisa saya lihat, hal yang peling penting dan luput dari pandangan saya adalah kebiasaan lama ternyata lambat laun membuat saya takut pada banyak hal. Setelah saya mencoba meninggalkan kebiasaan lama itu, atau dalam kata lain terseret oleh keadaan untuk menjalani keseharian dengan rutinitasa berbeda, dalam keterpaksaan itu saya mencoba habis-habisan melupakan rasa takut tak beralasan, dan ternyata bukan hanya pemahaman 'jadi orang biasa tidak buruk' yang kini bisa saya pegang, tapi juga kesadaran bahwa sebetulnya saya tidak pernah tahu bentuk gaya hidup seperti apa yang paling sesuai dengan diri saya. Atau mungkin saya memang tidak bisa cocok dengan bebeberapa kelompok manusia yang ada disekitar saya. Tapi membayangkan bahwa saya harus membentuk 'jenis' tersendiri dengan cara membuat dunia menjadi sesuai dengan kehendak saya, malah memperkuat rasa takut itu berkali-kali lipat. Menginginkan bumi selalu sesuai dengan diri saya seorang mungkin jenis lain dari perasaan egois.

Pada faktanya memang menyesuaikan diri dengan dunia lebih mudah dari pada menjadikan dunia sesuai dengan diri saya seorang. Kadang-kadang berusaha untuk lebih terlihat menonjol/ berbeda ketimbang orang lain disekeliling hanya akan menimbulkan perasaan merendah. Dan begitulah, kadang-kadang,  sekali lagi, kadang-kadang, menjadi biasa saja, menjadi standar, tidak terobsesi untuk lebih baik dari orang-orang, ternyata membuat sebagian besar dari rasa takut yang aneh itu hilang. Dan jika kita bicara untung rugi, dalam beberapa hal, menjadi biasa-biasa dan sama dengan orang lain sering kali memberikan keuntungan lebih dari pada berusaha berbeda atau menonjol sendiri.
Selain itu kekhawatiran ditertawakan, ketakutan mendapat nilai buruk ketika ujian, bayang-bayang kegagalan yang membuat saya susah tidur, rasa malu karena mimpi besar yang ingin saya raih sudah hancur berantakan, dan hal-hal semacamnya yang tidak sepantasnya jadi beban pikiran, akhirnya bisa hilang juga.

Atau paling tidak bukan lagi sesuatu yang selalu membuat waktu terbuang sia-sia karena terlalu banyak dipikirkan.